counters

Senin, 13 Juli 2015

Rindu Bersatu


Ada satu yang hilang dari negeri ku
Tak seperti dahulu saling bersatu
Ada yang t’lah berubah dari bangsa ku
Hilangnya kasih sayang itu menyakitkan ku

Lirik tersebut merupakan cuplikan dari lagu Rindu Bersatu yang dinyanyikan oleh Indonesia United. Lagu tersebut diciptakan oleh Charlie yang merupakan vokalis ST12 dan lagu tersebut kemudian dinyanyikan oleh puluhan artis papan atas yang diantaranya adalah Gita Gutawa, Band ST12, Band Ungu, The Changcuters, Rio Febrian, Kangen Band, Sherina, Band Nidji, d’Masiv, Band Vierra, Band Kotak, Band Geisha, Alexa, dan Azura. Hebatnya lagi dalam lagu tersebut diproduksi oleh kolaborasi empat label besar yakni Warner Music Indonesia, Musica Studio, Sony Music, dan Trinity Optima Production. Lagu tersebut dilucurkan saat konferensi pers dan launching album “Rindu Bersatu” di Hotel Nikko, Jakarta, pada Rabu, 21 April 2010 lalu. Mungkin memang masih banyak orang yang belum mendengar ataupun tahu lagu tersebut meskipun sudah 5 tahun diluncurkan, tetapi jika kita mengkaji lebih dalam akan lirik tersebut maknanya akan sangat dalam.
Dalam lagu tersebut berceritakan akan kerinduan terhadap kedamaian dan persatuan di Indonesia. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Kebenaran dari pernyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Sekarang ini, jumlah pulau yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sekitar 13.000 pulau besar dan kecil. Populasi penduduknya berjumlah lebih dari 200 juta jiwa, terdiri dari 300 suku yang menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda. Selain itu mereka juga menganut agama dan kepercayaan yang beragam seperti Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, Konghucu serta berbagai macam aliran kepercayaan yang lain, serta terdiri dari berbagai macam lapisan masyarakat.

Lagu tersebut bisa dikatakan sebagai sebuah kritikan terhadap masyarakat bangsa Indonesia ini. Jika kita bandingkan antara masyarakat pra-kemerdekaan dan masyarakat jaman sekarang, memang sangat berbanding terbalik mengenai persatuan dan kesatuan masyarakatnya. Pada masa pra-kemerdekaan untuk memperebutkan kemerdekaan bangsa Indonesia, para rakyat (para pejuang) tidaklah memandang dalam keberagaman tersebut. Mereka saling bergotong royong satu sama lain untuk melawan penjajah agar tidak diperbudak lagi oleh mereka. Tetapi hal tersebut bertentangan dengan kondisi sekarang yang dalam keberagaman tersebut malah menjadi pemicu munculnya konflik. Korupsi, kolusi, nepotisme, premanisme, perseteruan politik, kemiskinan, kekerasan, separatisme, perusakan lingkungan dan hilangnya rasa kemanusiaan untuk selalu menghormati hak-hak orang lain yang berakibat seperti tawuran karena perbedaan suku, agama dan golongan, adalah nyata sebagai bagian dari multikulturalisme.
Sebenarnya multikulturalisme sendiri sudah terkandung dalam tiap-tiap butir Pancasila. Hanya saja makna Pancasila kini sudah pudar mulai dalam penghayatan masyarakat. Bahkan dalam faktanya, ternyata masih banyak para pelajar yang tidak hafal dengan butir-butir Pancasila. Jika hafal saja tidak, bagaimana bisa mereka mengimplementasikan makna Pancasila dalam kehidupan mereka ? Apalagi mereka adalah para penerus bangsa ini. Hal tersebut seharusnya menjadi suatu keprihatinan terhadap pemahaman dan pelaksanaan Pancasila yang kemudian berakibat membuat semakin bobroknya bangsa ini.
Pancasila ibaratnya sebuah buku manual yang sebagai pedoman bagi bangsa Indonesia mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Multikulturalisme di indonesia seharusnya dapat dijadikan sebagai suatu kekayaan dan kekuatan. Di negara yang memiliki keberagaman, khususnya Indonesia maka diperlukan suatu unsur perekat yang universal. Unsur perekat ini adalah kepercayaan akan adanya Tuhan. Sebab jika kita percaya akan adanya Tuhan, kita juga tahu dasar dari agama kita yaitu adanya kasih. Inilah yang menjadi dasar utama, jika kita sepakat dan meyakini adanya Tuhan maka kita akan menghormati keberagaman, karena keberagaman tersebut terjadi atas keinginan Tuhan.
Ketika kita sudah mampu menghormati sesama manusia dan tanpa membeda-bedakan mereka, maka kita akan menjadi manusia yang beradab. Ketika kita sudah menjadi manusia yang beradab otomatis akan tercipta persatuan. Dari persatuan inilah tercipta suatu kondisi yang akan melahirkan manusia-manusia yang bijak. Dan manusia yang bijak tentu saja akan berlaku adil terhadap siapa saja. Dengan begitu kedamaian dan persatuan pun dapat tercipta di Indonesia ini.

Oleh :   Hilaria Ade Sinta Putriningtyas

Mahasiswa Universitas Sanata Dharma

0 komentar:

Posting Komentar