Ada satu yang hilang dari negeri ku
Tak seperti dahulu saling bersatu
Ada yang t’lah berubah dari bangsa ku
Hilangnya kasih sayang itu menyakitkan ku
Lirik tersebut merupakan
cuplikan dari lagu Rindu Bersatu yang dinyanyikan oleh Indonesia United. Lagu
tersebut diciptakan oleh Charlie yang merupakan vokalis ST12 dan lagu tersebut
kemudian dinyanyikan oleh puluhan artis papan atas yang diantaranya adalah Gita
Gutawa, Band ST12, Band Ungu, The Changcuters, Rio Febrian, Kangen Band,
Sherina, Band Nidji, d’Masiv, Band Vierra, Band Kotak, Band Geisha, Alexa, dan
Azura. Hebatnya lagi dalam lagu tersebut diproduksi oleh kolaborasi empat label
besar yakni Warner Music Indonesia, Musica Studio, Sony Music, dan Trinity
Optima Production. Lagu tersebut dilucurkan saat konferensi pers dan launching
album “Rindu Bersatu” di Hotel Nikko, Jakarta, pada Rabu, 21 April 2010 lalu.
Mungkin memang masih banyak orang yang belum mendengar ataupun tahu lagu
tersebut meskipun sudah 5 tahun diluncurkan, tetapi jika kita mengkaji lebih
dalam akan lirik tersebut maknanya akan sangat dalam.
Dalam lagu tersebut
berceritakan akan kerinduan terhadap kedamaian dan persatuan di Indonesia.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia adalah salah satu negara
multikultural terbesar di dunia. Kebenaran dari pernyataan ini dapat dilihat
dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas.
Sekarang ini, jumlah pulau yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) sekitar 13.000 pulau besar dan kecil. Populasi penduduknya
berjumlah lebih dari 200 juta jiwa, terdiri dari 300 suku yang menggunakan
hampir 200 bahasa yang berbeda. Selain itu mereka juga menganut agama dan
kepercayaan yang beragam seperti Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha,
Konghucu serta berbagai macam aliran kepercayaan yang lain, serta terdiri dari
berbagai macam lapisan masyarakat.
Lagu tersebut bisa
dikatakan sebagai sebuah kritikan terhadap masyarakat bangsa Indonesia ini.
Jika kita bandingkan antara masyarakat pra-kemerdekaan dan masyarakat jaman
sekarang, memang sangat berbanding terbalik mengenai persatuan dan kesatuan
masyarakatnya. Pada masa pra-kemerdekaan untuk memperebutkan kemerdekaan bangsa
Indonesia, para rakyat (para pejuang) tidaklah memandang dalam keberagaman
tersebut. Mereka saling bergotong royong satu sama lain untuk melawan penjajah
agar tidak diperbudak lagi oleh mereka. Tetapi hal tersebut bertentangan dengan
kondisi sekarang yang dalam keberagaman tersebut malah menjadi pemicu munculnya
konflik. Korupsi, kolusi, nepotisme, premanisme, perseteruan politik,
kemiskinan, kekerasan, separatisme, perusakan lingkungan dan hilangnya rasa
kemanusiaan untuk selalu menghormati hak-hak orang lain yang berakibat seperti
tawuran karena perbedaan suku, agama dan golongan, adalah nyata sebagai bagian
dari multikulturalisme.
Sebenarnya
multikulturalisme sendiri sudah terkandung dalam tiap-tiap butir Pancasila.
Hanya saja makna Pancasila kini sudah pudar mulai dalam penghayatan masyarakat.
Bahkan dalam faktanya, ternyata masih banyak para pelajar yang tidak hafal
dengan butir-butir Pancasila. Jika hafal saja tidak, bagaimana bisa mereka
mengimplementasikan makna Pancasila dalam kehidupan mereka ? Apalagi mereka
adalah para penerus bangsa ini. Hal tersebut seharusnya menjadi suatu
keprihatinan terhadap pemahaman dan pelaksanaan Pancasila yang kemudian
berakibat membuat semakin bobroknya bangsa ini.
Pancasila ibaratnya
sebuah buku manual yang sebagai pedoman bagi bangsa Indonesia mencapai
masyarakat yang adil dan makmur. Multikulturalisme di indonesia seharusnya
dapat dijadikan sebagai suatu kekayaan dan kekuatan. Di negara yang memiliki
keberagaman, khususnya Indonesia maka diperlukan suatu unsur perekat yang
universal. Unsur perekat ini adalah kepercayaan akan adanya Tuhan. Sebab jika
kita percaya akan adanya Tuhan, kita juga tahu dasar dari agama kita yaitu
adanya kasih. Inilah yang menjadi dasar utama, jika kita sepakat dan meyakini
adanya Tuhan maka kita akan menghormati keberagaman, karena keberagaman
tersebut terjadi atas keinginan Tuhan.
Ketika kita sudah mampu
menghormati sesama manusia dan tanpa membeda-bedakan mereka, maka kita akan
menjadi manusia yang beradab. Ketika kita sudah menjadi manusia yang beradab
otomatis akan tercipta persatuan. Dari persatuan inilah tercipta suatu kondisi
yang akan melahirkan manusia-manusia yang bijak. Dan manusia yang bijak tentu
saja akan berlaku adil terhadap siapa saja. Dengan begitu kedamaian dan
persatuan pun dapat tercipta di Indonesia ini.
Oleh : Hilaria
Ade Sinta Putriningtyas
Mahasiswa
Universitas Sanata Dharma
0 komentar:
Posting Komentar