Nama Sukuh
diambil dari nama Bukit Sukuh tempat candi itu berada .Di samping Bukit Sukuh
ada Bukit Tambak, dan Bukit Pringgondani.
Sedangkan nama sukuh sendiri dari kerthabasanya memiliki 3 arti, yang pertama,
“kesusu waton bakuh” atau tergesa-gesa asalkan kuat. Hal ini menurut petugas
dari dinas pariwisata kabupaten
Candi
sukuh ditemukan pertama kali tahun 1815(jaman Raffles)berupa reruntuhan.pada
tahun 1842 dibenahi oleh residen Johnson dari Surakarta.Antara tahun 1910-1917
dipugar oleh dinas purbakala yang dipimpin van der Vlis.Dia menginterpretasikan
bahwa didepan gapura utama dahulu ada tangga, dwarapala dan candi
bentar.Bangunan tersebut sekarang sudah hilang akibat longsor.
Agama
yang dianut pada waktu itu adalah Hindu,terutama dikalangan kraton dengan
dewa-dewa seperti Siwa, Brahma, dan Wisnu. Sedangkan para putri yang serba
sederhana tetap pada kepercayaan leluhur,bahwa roh-roh para leluhur serta
badan-badan halusnya merupakan sumber pengaruh dan kekuatan kehidupan. Candi
yang oleh agama Hindu dipakai sebagai tempat untuk memuja dewa-dewa, oleh orang
Jawa dianggap sebagai kediaman roh leluhurnya.
Meskipun
tidak merupakan peninggalan purbakala terbesar di Indonesia,namun merupakan
candi yang sangat menarik. Karena kedua candi itu memiliki rahasia dan sampai
sekarang belum terungkap seluruhnya. Dibandingkan dengan candi Borobudur dan
Prambanan,maka relief-relief yang terdapat pada kedua candi itu tampak sederhana,seakan-akan
merupakan karya seni orang-orang terpencil dan bukan ahli pahat batu.
Berdasarkan relief
dan ukiran huruf-huruf
dibagian candi yang
bertuliskan Gapura Bhuto Anguntal
Jalma yang memiliki
makna seorang raksasa memangsa manusia, melalui lambang
condro sengkolo dalam kalender jawa dapat
diartikan gapuro =
gerbang angka 9,
buhto = raksasa
angka 5, angunthal = memangsa
angka 3, jalmo = manusia angka 1, jika dibalik akan diperoleh angka 1359 tahun saka atau menjadi 1437 M, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa candi
sukuh ini dibangun pada abad XV.
Candi Sukuh memang terlihat sangat
sederhana. Tapi yang mungkin paling menarik dan
menjadi ciri khas
dari candi ini
adalah terdapatnya relief dalam bentuk alat kelamin laki-laki (lingga)
dan perempuan (yoni), yang dibuat hampir
bersentuhan. Relief ini bisa kita temukan di alas tangga pada pintu
gerbang teras pertama.Selain itu, dinding-dinding candi
juga dihiasi dengan
relief tubuh bidadari dengan posisi “pasrah”, serta
relief rahim perempuan dalam
ukuran cukup besar.
Relief-relief seks itu
menggambarkan lambang kesucian
antara hubungan perempuan dan
laki-laki yang merupakan
cikal bakal kehidupan manusia.
Hubungan laki-laki dan perempuan
melalui relief ini dilambangkanbukan
dengan cara melampiaskan
hawa nafsu, tapi
sangat sakral,merupakan curahan
kasih sayang anak manusia untuk
melahirkan sebuah keturunan. Dalam mitos umat
Hindu, relief ini merupakan simbol kesucian yang biasa digunakan untuk
membuktikan suci tidaknya seorang perempuan.
Pakar sejarah
kepurbakalaan termasuk para arkeolog hingga
kini belum mengetahui secara
tepat siapa dan kerajaan mana yang
membangun candi sukuh. Melalui motif-motif pada reliefnya, mereka hanya
berpendapat bahwa candi ini merupakan perpaduan antara kebudayaan kerajaan
Majapahit padamasa pemerintahan Brawijaya V
menjelang keruntuhannya dengan sebuah kerajaan lain di Jawa.
Sukuh adalah salah satu dari beberapa tempat dimana peradaban majapahit
dalam sejarah berlangsung. Kerajaan majapahit memegang kendali kekuasaan dari
abad 1293 sampai dengan 1500 dan puncak kejayaanya pada 1350 hingga 1389 di
bawah kepemimpinan hayam wuruk. Majapahit merupakan kerajaan besar yang mempunyai misi menyatukan
nusantara, tetapi sepeninggalan hayam wuruk dan gajah mada, majapahit memasuki
babak kehancuran dimana adanya perang saudara, sulitnya mencari pemimpin
pengganti sampai datangnya kerajaan islam yang akan mendompleng majapahit.
Prabu Brawijaya V sebagai raja
terakhir dari kerajaan majapahit merasakan keadaan terdesak karena Demak
kerajaan islam melakukan penyerangan dan yang lebih fatalnya kerajaan Demak di
punggawai oleh putra dari prabu Brawijaya V, sehingga melarikan diri jauh dari
istananya sampai ke Gunung Lawu. Sang Prabu dengan hanya disertai Sabdopalon
yang diam-diam meninggalkan keraton dan berkelana yang pada akhirnya naik ke
Gunung Lawu. Ketika dalam perjalanan menuju puncak gunung, sang prabu bertemu
dengan dua orang yang merupakan kepala desa tersebut dan melihat raja mereka
menuju puncak maka dua orang itupun memilih untuk ikut serta dalam perjalanan
bersama sang prabu.
Menurut cerita yang beredar Sang
Prabu sempat bertitah, "Wahai para abdi yang setia, sekarang sudah saatnya
aku harus mundur, aku harus meninggalkan dunia yang ramai ini. Dipa Menggala,
karena kesetiaanmu maka kuangkat kau menjadi penguasa gunung Lawu dan membawahi
semua mahluk ghaib dengan wilayah ke barat hingga wilayah gunung sangat
menarik. Berdasarkan sejarahnya, kota surakarta memilki peranan yang besar
dalam pemerintahan era kerajaan di mana pada masa itu surakarta menjadi pusat
pada masa akhir kesultanan mataram dan setelah pecahnya kesultanan mataram,
surakarta terbagi menjadi dua pusat pemerintahan yaitu pemerintahan kasunanan surakarta dan praja
mangkunagaran.
Peneliti candi Sukuh antara lain DR WF Stutterheim,Hoepermans(1864-1867),
Verbeeck(1889), Knebel(1910) dari Dinas Purbakala, 1974 oleh Ribut
Darmosutopo,dan 1982 tim purbakala yang dikirim Mendikbud Daud Yusuf.
0 komentar:
Posting Komentar