counters

Rabu, 03 Juni 2015

PURA KEBO EDAN


Nama Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat popular. Bahkan lebih banyak wisatawan internasional yang lebih mengenal Bali daripada Indonesia. bukan hanya sebagai destinasi wisata bali juga mempunyai kisah sejarah yang menarik untuk kita lihat.
Terdapat di Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Pura Kebo Edan adalah salah satu bukti bahwa ajaran Hindu Tantrayana berkembang di Bali.
Inti ajaran hindu tantrayana adalah Panca Ma yang berarti, Matsarya (makan ikan)
kedua Mamsa (makan daging),  ketiga Mudra (melakukan sikap tangan yang mengandung kekuatan gaib), keempat, Mada (minum-minuman keras) kelima, Maithuna (melakukan hubungan seks yang benar)
 Ajaran Hindu Tantrayana ini berkembang pesat di Bali saat raja Kertanegara dari kerajaan Singhasari melakukan ekspedisi dalam rangka memperluas kekuasaannya dari Sumatera hingga ke Bali.
Raja Kertanegara adalah seorang raja yang menganut paham tantrayana dengan mentasbihkan dirinya sebagai Bhairawa. Kertanegara berhasil menaklukkan Bali pada tahun 1284 M. Di sana Kertanegara mengangkat seseorang bernama Kebo Parud dengan jabatan patih di Bali untuk di jadikan wakil kekuasaannya di Bali. Hal ini diketahui dari prasasti yang dikeluarkan patih Kebo Parud berangka tahun 1218 Saka (1296 M).
Nama Kebo Edan diambil dari dari dongeng. Berupa arca besar tingginyya 3,6 meter. Arca tersebut perlambang Siwa Bhairawa Rambut ikal berombak menunjukkan sifat keraksaan. memakai kedok muka atau tapel, dapat dilihat dari adanya pita pengikat di belakang kepalanya yang menegaskan bahwa muka yang tampak adalah sebuah kedok atau tapel. yang berdiri dengan kaki berjauhan dan dibelit ular.  Berdiri di atas tubuh manusia yang matanya lebar terbuka. Ia menari di atas mayat, dengan wajah ditutupi topeng. Lingga berayun ke kiri berarti Tantrayana kiri yang merupakan perpaduan tari dan upacara.
Selain arca Siwa Bhairawa di Pura Kebo Edan terdapat pula arca-arca yang cukup besar lainnya. Arca tersebut ditempatkan pada bangunan kecil di muka sebelah kanan arca Siwa Bahirawa. Salah satunya lagi di bangunan sebelah kirinya.
Kedua arca raksasa masing-masing tangannya membawa mangkuk-mangkuk darah yang di hiasi dengan hiasan tengkorak. Arca-arca tersebut dalam sikap berdiri, roman mukanya sangat menakutkan dengan mata melotot. Seluruh kepala dan lehernya dilingkari dengan rangkaian terngkorak sambil menghisap darah musuhnya dari mangkuk darah yang dibawanya. Telingannya juga memakai hiasan dari tengkorak. Masing-masing arca ini mempunyai ukuran yang sama.
Pada masing-masing bangunan ini juga terdapat arca sepasang kerbau yang sedang dalam keadaan berjongkok dan menderum. Sikap ini menunjukkan sikap marah atau pun garang sehingga kemungkinan karena itulah penduduk menyebutnya sebagai Kebo Edan. Arca kerbau jantan diletakkan pada sisi kanan dari arca Siwa Bahirawa sedangkan arca kerbau betina ditempatkan pada sisi sebelah kiri.


0 komentar:

Posting Komentar