Nama Bali merupakan salah satu destinasi wisata
yang sangat popular. Bahkan lebih banyak wisatawan internasional yang lebih mengenal Bali daripada
Indonesia. bukan hanya sebagai destinasi wisata bali juga mempunyai kisah
sejarah yang menarik untuk kita lihat.
Terdapat di Desa Pejeng,
Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Pura Kebo Edan adalah salah
satu bukti bahwa ajaran Hindu Tantrayana berkembang di Bali.
Inti ajaran hindu
tantrayana adalah Panca Ma yang berarti, Matsarya (makan ikan)
kedua Mamsa (makan daging), ketiga Mudra (melakukan sikap tangan yang
mengandung kekuatan gaib), keempat, Mada (minum-minuman keras) kelima, Maithuna
(melakukan hubungan seks yang benar)
Ajaran Hindu Tantrayana ini berkembang pesat
di Bali saat raja Kertanegara dari kerajaan Singhasari melakukan ekspedisi
dalam rangka memperluas kekuasaannya dari Sumatera hingga ke Bali.
Raja Kertanegara adalah
seorang raja yang menganut paham tantrayana dengan mentasbihkan dirinya sebagai
Bhairawa. Kertanegara berhasil menaklukkan Bali pada tahun 1284 M. Di sana
Kertanegara mengangkat seseorang bernama Kebo Parud dengan jabatan patih di
Bali untuk di jadikan wakil kekuasaannya di Bali. Hal ini diketahui dari
prasasti yang dikeluarkan patih Kebo Parud berangka tahun 1218 Saka (1296 M).
Nama Kebo Edan diambil
dari dari dongeng. Berupa arca besar tingginyya 3,6 meter. Arca tersebut perlambang
Siwa Bhairawa Rambut ikal berombak menunjukkan sifat keraksaan. memakai kedok
muka atau tapel, dapat dilihat dari adanya pita pengikat di belakang kepalanya
yang menegaskan bahwa muka yang tampak adalah sebuah kedok atau tapel. yang
berdiri dengan kaki berjauhan dan dibelit ular.
Berdiri di atas tubuh manusia yang matanya lebar terbuka. Ia menari di
atas mayat, dengan wajah ditutupi topeng. Lingga berayun ke kiri berarti
Tantrayana kiri yang merupakan perpaduan tari dan upacara.
Selain arca Siwa Bhairawa
di Pura Kebo Edan terdapat pula arca-arca yang cukup besar lainnya. Arca
tersebut ditempatkan pada bangunan kecil di muka sebelah kanan arca Siwa
Bahirawa. Salah satunya lagi di bangunan sebelah kirinya.
Kedua arca raksasa
masing-masing tangannya membawa mangkuk-mangkuk darah yang di hiasi dengan
hiasan tengkorak. Arca-arca tersebut dalam sikap berdiri, roman mukanya sangat
menakutkan dengan mata melotot. Seluruh kepala dan lehernya dilingkari dengan
rangkaian terngkorak sambil menghisap darah musuhnya dari mangkuk darah yang
dibawanya. Telingannya juga memakai hiasan dari tengkorak. Masing-masing arca
ini mempunyai ukuran yang sama.
Pada masing-masing
bangunan ini juga terdapat arca sepasang kerbau yang sedang dalam keadaan
berjongkok dan menderum. Sikap ini menunjukkan sikap marah atau pun garang
sehingga kemungkinan karena itulah penduduk menyebutnya sebagai Kebo Edan. Arca
kerbau jantan diletakkan pada sisi kanan dari arca Siwa Bahirawa sedangkan arca
kerbau betina ditempatkan pada sisi sebelah kiri.
0 komentar:
Posting Komentar