Peradaban Persia telah memperkenalkan
tiga agama utama yaitu Zoroastrianisme, Manikeanisme, dan Bahá'í. Agama-agama
lain termasuk Mazdak dan Manikeanisme yang keduanya secara tidak langsungnya
memengaruhi agama Kristen:Keduanya berakar dari agama Zoroastrianisme.
Sekarang, banyak cendekiawan memperdebatkan tentang agama yang mana terbit
dahulu, Zoroastrianisme atau Yahudi. Tetapi mereka telah bersetuju bahwa
Zoroastrianisme datang dahulu kalau diambil dari perspektif angelologi (doktrin
tentang malaikat), demonologi (doktrin tentang setan) dan doktrin mengenai
kiamat dan bencana alam.
Agama asli orang-orang persia adalah
suatu kultus yang sederhana sekali, yang berhubungan dengan kehidupan
penggembalaan pertanian. Akan tetapi kemudian seorang persia yang bernama Zarathustra
mengembangkan suatu agama baru yang disebut Zoroastrianisme. Zoroastrianisme
merupakan kepercayaan yang menyembah kepada Ahura Mazda atau "Tuhan yang
bijaksana". Di dalam ajaran Zoroastrianisme, hanya ada satu Tuhan yang
universal dan Maha Kuasa, yaitu Ahura Mazda. Ia dianggap sebagai Sang Maha Pencipta,
segala puja dan sembah ditujukan hanya kepadanya.
Pengakuan ini adalah bentuk penegasan bahwa
hanya Ahura Mazda yang harus disembah. Zarathustra menunjukkan pemikirannya
tentang perbaikan tujuan arah negara yang beragama. Dia mengatakan,
“Sesungguhnya cahaya Allah menjelma dalam setiap sesuatu yang berkilau dan
menyala di alam dunia. Dia memerintahkan menghadap matahari dan api waktu
beribadah, karena cahaya merupakan perlambang Tuhan. Ia mengajarkan untuk tidak
mengotori empat unsur, yaitu: api, udara, debu dan air. Kemudian setelah itu datanglah
para pendeta yang mengajak pengikut Zarathustra untuk mengikutui syariat yang bermacam-macam.
Mereka mengharamkan menggunakan sesuatu
yang ada hubungannya dengan api,mencukupkan diri dengan segala perbuatan mereka
hanya dengan pertanian dan perdagangan. Dari ritual penyembahan api ini,
kemudian dijadikanlah api sebagai kiblat ritual ibadah dari berbagai tingkat
golongan untuk menyembahnya. Selanjutnya, mereka menjadi para penyembah api
dengan makna sebenarnya. Mereka membangun biara dan klenteng-klenteng, menentang
setiap keyakinan dan agama selain menyembah api. Menurut penganut Zoroaster,
Ahura Mazda adalah esensi murni yang suci dari segala bentuk materi, yang tidak
dapat dilihat oleh pandangan mata dan tidak dapat ditangkap kedzatannya oleh
akal manusia. Banyak dari manusia yang tidak mampu mengimani dzat dengan sifat
seperti ini. Sehingga Zoroastrianisme membuat rumusan tentang hakikat ketuhanan
Ahura Mazda dengan rumus.
Konsep mengenai Etika Hidup
Dalam pandangannya mengenai etika hidup yang ideal, ada tiga hal utama yang ditekankan dalam Zoroastrianisme yaitu pikiran yang baik, perkataan yang baik dan perbuatan yang baik. Zoroastrianisme memberikan kebebasan bagi setiap penganutnya untuk memilih hidup yang baik atau jahat bagi dirinya sendiri. Menurut mereka dunia yang akan datang akan mengalami pembaruan. Pembaruan dunia ini tidak dapat dapat dikerjakan oleh satu orang saja tetapi membutuhkan keterlibatan banyak orang. Oleh karena itu, Zoroastrianisme sangat menekankan tanggung jawab moral dari masing-masing orang untuk melakukan kebaikan. Dosa bagi penganut Zoroastrianisme adalah penolakan untuk bersekutu dengan aspek kebaikan dari Ahura Mazda. Mereka meyakini bahwa tidak ada yang ditakdirkan atau dikodratkan sebelumnya. Apa yang dilakukan, dikatakan dan dipikirkan selama hidup akan menentukan apa yang akan terjadi setelah meninggal. Mereka pun menolak konsep pertapaan karena mereka memahami bahwa dunia itu baik. Tidak ada ruang untuk penyangkalan diri dan bertapa karena menolak dunia berarti menolak ciptaan dan menolak ciptaan berarti menolak Sang Pencipta.
0 komentar:
Posting Komentar