counters

Jumat, 28 Maret 2014

Agama masyarakat Persia




Peradaban Persia telah memperkenalkan tiga agama utama yaitu Zoroastrianisme, Manikeanisme, dan Bahá'í. Agama-agama lain termasuk Mazdak dan Manikeanisme yang keduanya secara tidak langsungnya memengaruhi agama Kristen:Keduanya berakar dari agama Zoroastrianisme. Sekarang, banyak cendekiawan memperdebatkan tentang agama yang mana terbit dahulu, Zoroastrianisme atau Yahudi. Tetapi mereka telah bersetuju bahwa Zoroastrianisme datang dahulu kalau diambil dari perspektif angelologi (doktrin tentang malaikat), demonologi (doktrin tentang setan) dan doktrin mengenai kiamat dan bencana alam.

Agama asli orang-orang persia adalah suatu kultus yang sederhana sekali, yang berhubungan dengan kehidupan penggembalaan pertanian. Akan tetapi kemudian seorang persia yang bernama Zarathustra mengembangkan suatu agama baru yang disebut Zoroastrianisme. Zoroastrianisme merupakan kepercayaan yang menyembah kepada Ahura Mazda atau "Tuhan yang bijaksana". Di dalam ajaran Zoroastrianisme, hanya ada satu Tuhan yang universal dan Maha Kuasa, yaitu Ahura Mazda. Ia dianggap sebagai Sang Maha Pencipta, segala puja dan sembah ditujukan hanya kepadanya.

 Pengakuan ini adalah bentuk penegasan bahwa hanya Ahura Mazda yang harus disembah. Zarathustra menunjukkan pemikirannya tentang perbaikan tujuan arah negara yang beragama. Dia mengatakan, “Sesungguhnya cahaya Allah menjelma dalam setiap sesuatu yang berkilau dan menyala di alam dunia. Dia memerintahkan menghadap matahari dan api waktu beribadah, karena cahaya merupakan perlambang Tuhan. Ia mengajarkan untuk tidak mengotori empat unsur, yaitu: api, udara, debu dan air. Kemudian setelah itu datanglah para pendeta yang mengajak pengikut Zarathustra untuk mengikutui syariat yang bermacam-macam.


Mereka mengharamkan menggunakan sesuatu yang ada hubungannya dengan api,mencukupkan diri dengan segala perbuatan mereka hanya dengan pertanian dan perdagangan. Dari ritual penyembahan api ini, kemudian dijadikanlah api sebagai kiblat ritual ibadah dari berbagai tingkat golongan untuk menyembahnya. Selanjutnya, mereka menjadi para penyembah api dengan makna sebenarnya. Mereka membangun biara dan klenteng-klenteng, menentang setiap keyakinan dan agama selain menyembah api. Menurut penganut Zoroaster, Ahura Mazda adalah esensi murni yang suci dari segala bentuk materi, yang tidak dapat dilihat oleh pandangan mata dan tidak dapat ditangkap kedzatannya oleh akal manusia. Banyak dari manusia yang tidak mampu mengimani dzat dengan sifat seperti ini. Sehingga Zoroastrianisme membuat rumusan tentang hakikat ketuhanan Ahura Mazda dengan rumus.


Konsep mengenai Etika Hidup


Dalam pandangannya mengenai etika hidup yang ideal, ada tiga hal utama yang ditekankan dalam Zoroastrianisme yaitu pikiran yang baik, perkataan yang baik dan perbuatan yang baik. Zoroastrianisme memberikan kebebasan bagi setiap penganutnya untuk memilih hidup yang baik atau jahat bagi dirinya sendiri. Menurut mereka dunia yang akan datang akan mengalami pembaruan. Pembaruan dunia ini tidak dapat dapat dikerjakan oleh satu orang saja tetapi membutuhkan keterlibatan banyak orang. Oleh karena itu, Zoroastrianisme sangat menekankan tanggung jawab moral dari masing-masing orang untuk melakukan kebaikan. Dosa bagi penganut Zoroastrianisme adalah penolakan untuk bersekutu dengan aspek kebaikan dari Ahura Mazda. Mereka meyakini bahwa tidak ada yang ditakdirkan atau dikodratkan sebelumnya. Apa yang dilakukan, dikatakan dan dipikirkan selama hidup akan menentukan apa yang akan terjadi setelah meninggal. Mereka pun menolak konsep pertapaan karena mereka memahami bahwa dunia itu baik. Tidak ada ruang untuk penyangkalan diri dan bertapa karena menolak dunia berarti menolak ciptaan dan menolak ciptaan berarti menolak Sang Pencipta.

0 komentar:

Posting Komentar